Kota Pare - Kediri Jawa Timur
Letak
Pare terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur
Jombang-Kediri serta Jombang - Blitar. Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan
menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan
dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten atau para Bupati yang menjabat. (mulai era Bupati H. Sutrisno, Wacana
tersebut akhirnya benar-benar dibatalkan, karena akan mendapatkan protes dari
warga di sebagian wilayah Kabupaten Kediri, terutama di daerah selatan-seperti
Kras, Ngadiluwih, Kandat dan Ringinrejo dan di daerah barat sungai
Brantas-seperti tarokan, Grogrol, Banyakan, semen dan Mojo. Sehingga diambil
jalan tengah dengan menempatkan Pusat pemerintahan di wilayah Kec. Ngasem
Kediri, tepatnya di Ds. Sukorejo (biasa disebut Katang) dan akan juga dibangun
Pusat Bisnis di Wilayah Kota Baru Gumul.)
Kondisi Lingkungan
Kota Pare yang berada pada ketinggian 125
meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang tidak terlalu panas.
Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higinis dengan harga
"kampung" dapat dijumpai dengan mudah di kota kecil ini. Berbagai
infrastruktur dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai:
hotel, rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD rumah bersalin yang lengkap pun
juga ada), ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, masjid, Apolo Plaza dan lain sebagainya.
Pare merupakan kota adipura. Sekolah-sekolah
favorit banyak berdiri di kota pare ini dari tingkat TK sampai dengan SMA.
Seperti SMP Negeri 2 Pare
R-SMP-BI 2 Pare
yang merupakan sekolah bertaraf internasional. Pada
tangkat SMA terdapat SMA Negeri 1 Pare dan SMA Negeri 2
Pare yang merupakan SMA kelas Internasional, dan
juga ada MA Negeri Krecek.
Ekonomi
Pare memiliki tanah yang subur bekas letusan
gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Produk agraria andalan dari
Pare adalah bawang merah, biji mente dan melinjo. Sedangkan oleh-oleh khas dari
Pare antara lain adalah tahu kuning dan gethuk pisang. Di Pare sudah lama
bermunculan industri menengah bertaraf internasional, seperti industri plywood
dan pengembangan bibit-bibit pertanian. Tempat-tempat rekreasi pun telah ada
semenjak tahun 1970-an meskipun sederhana, seperti Pemandian "Canda-Bhirawa"
Corah dan alun-alun "Ringin Budo"serta sentra ikan hias di dsn
Surowono Desa Canggu.
Kampung Inggris
Pare terutama Desa Pelem dan Tulungrejo juga
dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus Bahasa Inggris. Saat ini lebih
banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar terutama kursus-kursus
Bahasa Inggris. Lebih dari 20 buah lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus
Bahasa Inggris dengan program program D2, D1 atau short course untuk mengisi
waktu liburan. Dalam hal ini, kota Pare sebagai pusat belajar Bahasa Inggris
yang murah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau Jawa.
Sebagai efek ikutannya, di daerah Tulungrejo sekarang muncul berbagai jenis
tempat penginapan dan kost yang menampung para pelajar dan maupun pekerja.
Tarif kos per orang bervariasi dari 50 ribu hingga 200 rb per bulan.
Sejarah Dan Budaya
Kecamatan Pare menjadi terkenal di seluruh
dunia karena di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz - yang saat itu masih
menjadi mahasiswa doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian
ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of
Java. Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama
"Mojokuto". Di Pare, antropolog ini sering berdiskusi dan
berkonsultasi dengan Bapak S. Sunuprawiro (alm), waktu itu menjadi wartawan
Jawa Pos. Pak Sunu merupakan salah satu narasumber yang membantu antropolog
tersebut dalam menyelesaikan bukunya.
Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari
keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surowono dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung "Budo" yang
berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah
lahir ratusan tahun lalu. Dahulu di Pare terdapat jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, tetapi sekarang hanya tersisa relnya saja. Hanya
sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa
pendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar