Translate

Minggu, 11 November 2012

Bulus Raksasa Jadi Maskot Hari Ciliwung

Bulus Raksasa Jadi Maskot Hari Ciliwung

BOGOR, KOMPAS.com - Minggu (11/11/2012), masyarakat yang peduli dengan konservasi sungai Ciliwung merayakan Hari Ciliwung di Desa Glonggong, Bojonggede, Kabupaten Bogor. Perayaan ini diinisiasi oleh Ciliwung Institute, forum gerak yang beranggotakan beragam komunitas peduli Ciliwung.

Selain dimeriahkan oleh lomba dan pameran, perayaan hari Ciliwung pertama ramai karena punya maskot. Ciliwung Institute memilih bulus raksasa Chitra chitra javanesis sebagai maskot perayaan untuk mendukung konservasi Ciliwung ini.

Bulus raksasa Chitra chitra javanensis adalah bulus yang masuk daftar terancam punah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Bulus ini sempat ditemukan kembali di Ciliwung pada 11 November 2011, menginspirasi penentuan waktu perayaan Hari Ciliwung.

Abdul Khoiri dari Komunitas Ciliwung Condet saat ditemui Kompas.com, hari ini, mengatakan, "Chitra chitra javanensis ini oleh masyarakat dikenal dengan senggawangan. Ini punya mitos tersendiri."

Abdul menguraikan, ada beragam deskripsi tentang senggawangan yang dibuat oleh masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa kepalanya besar dan bertanduk. Ada pula yang mengatakan bahwa satwa ini punya bibir bergincu dan punya motif tulisan Cina di punggungnya.

"Ini buat masyarakat adalah mitos. Ada yang mengatakan kalau melihat ini akan sakit. Saya sendiri yang dari kecil tinggal di Ciliwung belum melihatnya, baru sekali melihatnya saat ditemukan tahun lalu," papar Abdul.

Menurut Abdul, masyarakat sekitar Ciliwung hanya mengetahui adanya senggawangan saat melihat riak air yang muncul saat satwa ini menenggak udara. Kali lain, ada warga yang kakinya tersenggol kayu, padahal bersentuhan dengan fauna ini.

Abdul menguraikan, pemilihan senggawangan sebagai maskot perayaan Hari Ciliwung punya maksud tersendiri. Makhluk ini diharapkan menjadi simbol masih adanya sumber daya alam hayati yang tersisa langka yang tersisa.

"Penemuan senggawangan itu adalah momentum untuk peduli pada kegiatan konservasi sungai dan flora faunanya. Kita coba angkat hal itu dalam perayaan ini. Kita harus bisa menggerakkan masyarakat untuk punya kesadaran," jelas Abdul.

Saat ini, sumber daya alam hayati di Ciliwung kian susut seiring rusaknya ekosistemnya. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 92 persen ikan Ciliwung telah punah dan sekitar 60 persen mollusca dan crustacea juga menghilang.

Perayaan hari Ciliwung kali ini bertujuan mengajak masyarakat yang hidup di dekitar Ciliwung, publik secara luas, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat untuk berbagi ide menyelamtkan Ciliwung.

0 komentar:

Posting Komentar